Kamis, 05 Desember 2013

keamanan informasi


KEAMANAN INFORMASI

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sistem Informasi Manajemen
Dosen Pembimbing: Ratna Yulia SE., MM.





Disusun oleh :
Umul Hasanah                        212181
Achmad Zaidun          212182
Yosy Ratna Sari          212183
Rizal Fanani                212184


 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH / EKONOMI ISLAM
TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Keamanan informasi ditujukan untuk mendapatkan kerahasiaan, ketersediaan, serta integritas pada semua sumber daya informasi perusahaan bukan hanya peranti keras dan data. Manajemen keamananinformasi terdiri atas perlindungan harian, yang disebut manajemen keamanan informasi (information security managemen) dan persiapan-persiapan operasional setelah suatu bencana, yang disebut dengan manajemen keberlangsungan bisnis (business continuity managemen).
Dua pendekatan dapat dilakukan untuk menysun strategi-strategi ISM: manajemen resiko dan tolok ukur. Perhatian akan ancaman dan risiko berhbungan dengan manajemen resiko.ancaman dapat bersifat internal atau eksternal, tidak disengaja atau disengaja. Risiko dapat mencakup insiden pengungkapan, penggunaan, dan modifikasi yang tidak diotorisasi serta pencurian, penghancuran, dan penolakan layanan. Ancaman yang paling ditakuti adalah virus computer. Ada tiga jenis pengendalian yang tersedia yaitu: pengendalian  teknis, pengendalian formal, dan pengendalian informal.
Manajemen keberlangsungan bisnis terdiri atas seperangkat subrencana untuk menjaga keamanan karyawan, memungkinkan keberlangsungan operasional dengan cara menyediakan fasilitas mengembangkan rencana kontinjensi baru tidak harus dari awal; beberapa model berbasis peranti lunak tersedia, seperti halnya garis besar dan panduan dari pemerintah.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan keamanan informasi ?
2.    Apa saja tujuan keamanan informasi ?
3.    Bagaimana ancaman dan risiko keamanan informasi ?
4.    Bagaimana pengendalian terhadap ancaman dan risiko keamanan informasi?

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Keamanan Informasi
Keamanan informasi (information security) digunakan untuk mendeskripsikan perlindungan baik peralatan computer dan non komputer dan non kompter, fasilitas, data, dan informasi dari penyalahgunaan pihak-pihak yang tidak berwenang.
Saat pemerintah dan kalangan industri menyadari kebutuhan untuk mengamankan sumber daya informasi mereka, perhatian nyaris terfokus secara eksklusif pada perlindungan peranti keras dan data, maka istilah keamanan sistem (system security) pun digunakan. Fokus sempit ini kemudian diperluas sehingga mencakup bukan hanya peranti keras dan data, namun juga peranti lunak, fasilitas computer, dan personel.

B.  Tujuan Keamanan Informasi
Keamanan informasi ditujukan untuk mencapai tiga tujuan utama yaitu:
1.    Kerahasiaan
Perusahaan berusaha untuk melindungi data informasinya dari pengungkapan kepada orang-orang yang tidak berwenang.
2.    Ketersediaan
Tujuan infrastruktur informasi perusahaan  adalah  menyediakan data dan informasi sedia bagi pihak-pihak yang memiliki wewenang untuk menggunakannya.
3.    Integritas
Semua sistem informasi harus memberikan representasi akurat atas sistem fisik yang dipresentasikan.[1]

C.  Manajemen Keamanan Informasi
Manajemen tidak hanya diharapkan untuk menjaga sumber daya informasi aman, namn jga diharapkan untuk menjaga persahaan tersebut agar tetap berfungsi setelah suatu bencana atau jebolnya sistem keamanan.  Aktifitas untuk menjaga agar perusahaan dan sumber daya informasi tetap aman disebut Manajemen keamanan informasi.
CIO adalah orang yang tepat untuk memikul tanggung jawab atas keamanan informasi, namun kebanyakan organisasi mulai menunjuk orang tertentu yang dapat mencurahkan perhatian penuh terhadap aktivitas ini. Direktur keamanan sistem informasi perusahaan digunakan untuk individu di dalam organisasi, biasanya anggota dari unit sistem informasi, yang bertanggung jawab atas keamanan sistem informasi perusahaan tersebut. Namun saat ini perubahan sedang dibuat untuk mencapai tingkat informasi yang lebih tinggi lagi di dalam perusahaan dengan cara menunjuk seorang Direktur Assurance informasi perusahaan (CIAO). Seorang CIAO harus mendapatkan serangkaian sertifikat keamanan dan memiliki pengalaman minimum 10 tahun dalam mengelola suatu fasilitas keamanan informasi.
Pada bentuknya yang paling dasar, manajemen keamanan informasi terdiri atas empat tahap yaitu:
1.    Mengidentifikasi ancaman yang dapat menyerang sumber daya informasi perusahaan
2.    Mengidentifikasi risiko yang dapat disebabkan oleh ancaman-ancaman tersebut
3.    Menentukan kebijakan keamanan informasi
4.    Mengimplementasikan pengendalian untuk mengatasi risiko-risiko tersebut.[2]


D.  Strategi dalam ISM
1.    Manajemen Risiko (Risk Management)
Dibuat untuk menggambarkan pendekatan dimana tingkat keamanan sumber daya informasi  perusahaan dibandingkan dengan risiko yang dihadapinya.[3]
Manajemen Risiko merupakan satu dari dua strategi untuk mencapai keamanan informasi. Risiko dapat dikelola dengan cara mengendalikan atau menghilangkan risiko atau mengurangi dampaknya.[4]
Tingkat keparahan dampak dapat diklasifikasikan menjadi:
a.    dampak yang parah (severe impact) yang membuat perusahaan bangkrut atau sangat membatasi kemampuan perusahaan tersebut untuk berfungsi
b.    dampak signifikan (significant impact) yang menyebabkan kerusakan dan biaya yang signifikan, tetapi perusahaan tersebut tetap selamat
c.    dampak minor (minor impact) yang menyebabkan kerusakan yang mirip dengan yang terjadi dalam operasional sehari-hari.
2.      Tolok Ukur
Tolok ukur Adalah tingkat keamanan yang disarankan dalam keadaan normal harus memberikan perlindungan yang cukup terhadap gangguan yang tidak terotorisasi.[5]

E.  Ancaman
Ancaman keamanan sistem informasi adalah orang, organisasi, mekanisme, atau peristiwa yang memiliki potensi untuk membahayakan sumber daya informasi perusahaan.
1.    Ancaman Internal
Ancaman internal bukan hanya mencakup karyawan perusahaan, tetapi juga pekerja temporer, konsultan, kontraktor, bahkan mitra bisnis perusahaan tersebut.
2.    Ancaman Eksternal
Misalnya perusahaan lain yang memiliki produk yang sama dengan produk perusahaan kita atau disebut juga pesaing usaha.[6]
Jenis- Jenis Ancaman
Malicious software, atau malware terdiri atas program-program lengkap atau segmen-segmen kode yang dapat menyerang suatu system dan melakukan fungsi-fungsi yang tidak diharapkan oleh pemilik system. fungsi-fungsi tersebut dapat menghapus file atau sistem itu berhenti. Terdapat beberapa piranti lunak yang berbahaya yaitu: Virus, worm, Trojan horse, adware, spyware.[7]
F.   Risiko Keamanan Informasi (Information Security Risk)
Didefinisikan sebagai potensi output yang tidak Diharapkan dari pelanggaran keamanan informasi oleh Ancaman keamanan informasi. Semua risiko mewakili tindakan yang tidak terotorisasi. Risiko-risiko seperti ini dibagi menjadi empat jenis yaitu:
Interuption: ancaman terhadap availability, yaitu data dan informasi yang berada dalam system computer yang dirusak dan dibuang sehingga menjadi tidak ada atau menjadi tidak berguna.
Interception: merupakan ancaman terhadap secrey, yaitu orang yang tidak berhak mendapatkan akses informasi dari dalam system computer.
Modification: merupakan ancaman terhadap integritas, yaitu orang yang tidak berhak, tidak hanya berhasil mendapatkan akses, melainkan juga dapat melakukan pengubahan terhadap informasi.
Fabrication: adanya orang yang tidak berwenang, meniru atau memalsukan suatu objek ke dalam sistem.[8]

G. Macam-macam Pengendalian
1.    Pengendalian Teknis
Adalah pengendalian yang menjadi satu di dalam system dan dibuat oleh para penyususn system selama masa siklus penyusunan system.  Dilakukan melalui tiga tahap:
a.    Identifikasi Pengguna.
Memberikan informasi yang mereka ketahui seperti kata sandi dan nomor telepon.nomor telepon.
b.    Otentikasi Pengguna.
Pengguna memverivikasi hak akses dengan cara memberikan sesuatu yang mereka miliki, seperti chip identifikasi atau tanda tertentu.
c.    Otorisasi Pengguna.
Pengguna dapat mendapatkan wewenang untuk memasuki tingkat penggunaan tertentu.
Setelah pengguna memenuhi tiga tahap tersebut, mereka dapat menggunakan sumber daya informasi yang terdapat di dalam batasan file akses.
Sistem Deteksi Gangguan
Logika dasar dari sistem deteksi gangguan adalah mengenali upaya pelanggaran keamanan sebelum memiliki kesempatan untuk melakukan  perusakan.
Firewall
Suatu Filter yang membatasi aliran data antara titik-titik pada suatu jaringan-biasanya antara jaringan internal perusahaan dan Internet.
Berfungsi sebagai:      
a.    Penyaring aliran data
b.    Penghalang yang membatasi aliran data ke dan dari perusahaan tersebut dan internet.
2.    Pengendalian Kriptografis
Merupakan penggunaan kode yang menggunakan proses-proses matematika. Meningkatkan keamanan data dengan cara menyamarkan data dalam bentuk yang tidak dapat dibaca. Berfungsi untuk melindungi data dan informasi yang tersimpan dan ditransmisikan, dari pengungkapan yang tidak terotorisasi.
Kriptografi  terbagi menjadi:
a.    Kriptografi Simetris
Dalam kriptografi ini, kunci enkripsi sama dengan kunci dekripsi.
b.    Kriptografi Asimetris
Dalam kriptografi kunci enkripsi tidak sama dengan kunci dekripsi.
Contoh:
Enkripsià kunci public
Dekripsià Kunci Privat
c.    Kriptografi Hybrid
d.   Menggabungkan antara kriptografi simetris dan Asimetris, sehingga mendapatkan kelebihan dari dua metode tersebut.
Contoh: SET (Secure Electronic Transactions) pada E-Commerce
3.    Pengendalian Fisik
Peringatan yang pertama terhadap gangguan yang tidak terotorisasi adalah mengunci pintu ruangan computer.Perkembangan seterusnya menghasilkan kunci-kunci yang lebih canggih, yang dibuka dengan cetakan telapak tangan dan cetakan suara, serta kamera pengintai dan alat penjaga keamanan.
4.    Pengendalian Formal
Pengendalian formal mencakup penentuan cara berperilaku,dokumentasi prosedur dan praktik yang diharapkan, dan pengawasan serta pencegahan perilaku yang berbeda dari panduan yang berlaku. Pengendalian ini bersifat formal karena manajemen menghabiskan banyak waktu untuk menyusunnya, mendokumentasikannya dalam bentuk tulisan, dan diharapkan untuk berlaku dalam jangka panjang.
5.    Pengendalian Informal
Pengendalian informal mencakup program-program pelatihan dan edukasi serta program pembangunan manajemen.Pengendalian ini ditunjukan untuk menjaga agar para karyawan perusahaan memahami serta mendukung program keamanan tersebut.[9]

H.  Pentingnya Keamanan sistem
Sistem Informasi diperlukan karena:
1.    Teknologi Komunikasi Modern yang membawa beragam dinamika dari dunia nyata ke dunia virtual
2.    Kurangnya Keterampilan Pengamanan yang dimiliki oleh Pemakai
3.    Untuk menjaga objek kepemilikan dari informasi yang memiliki nilai ekonomis.
I.     Dukungan Pemerintah Dan Industri
Beberapa organisasi pemerintah dan internasional telah menentukan standar-standar yang ditunjukan untuk menjadi panduan bagi organisasi yang ingin mendapatkan keamanan informasi.Beberapa standar ini berbentuk tolak ukur, yang telah diidentifikasisebelumnya sebagai penyedia strategi alternative untuk manajemen resiko. Beberapa pihak penentu standar menggunakan istilah baseline(dasar) dan bukannya benchmark (tolak ukur). Organisasi tidak diwajibkan mengikuti standar ini.Namun, standar ini ditunjukan untuk memberikan bantuan kepada perusahaan dalam menentukan tingkat target keamanan.

J.    Manajemen Keberlangsungan Bisnis
Manajemen keberlangsungan bisnis (business continuity management-BCM) adalah aktivitas yang ditujukan untuk menentukan operasional setelah terjadi gangguan sistem informasi.
Subrencana yang umum mencakup:
1.    Rencana darurat (emergency plan):  terdiri dari cara-cara yang akan menjaga keamanan karyawan jika bencana terjadi. Co: Alarm bencana, prosedur evakuasi
2.    Rencana cadangan :  menyediakan fasilitas computer cadangan yang bisa dipergunakan apabila fasilitas computer yang biasa hancur atau rusak hingga tidak bisa digunakan.
3.    Rencana catatan penting (vital records plan) : merupakan dokumen kertas, microform, dan media penyimpanan optis dan magnetis yang penting untuk meneruskan bisnis perusahaan.

K. Kebijakan Keamanan Informasi
Suatu kebijakan keamanan harus diterapkan untuk mengarahkan keseluruhan program. Perusahaan dapat menerapkan keamanan dengan pendekatan yang bertahap, diantaranya:
Fase 1:
Inisiasi Proyek. Membentuk sebuah tim untuk mengawas proyek kebijakan keamanan tersebut.
Fase 2:
Penyusunan Kebijakan. Berkonsultasi dengan semua pihak yang berminat dan terpengaruh.
Fase 3:
Konsultasi dan persetujuan.Berkonsultasi dengan manajemen untuk mendapatkan pandangan mengenai berbagai persyaratan kebijakan.
Fase 4:
Kesadaran dan edukasi.Melaksanakan program pelatihan kesadaran dan edukasi dalam unit-unit organisasi.
Fase 5:
Penyebarluasan Kebijakan. Kebijakan ini disebarluaskan ke seluruh unit organisasi dimana kebijakan tersebut dapat diterapkan.[10]
Contoh Kasus:
Ancaman Terbesar Untuk Perusahaan:Pemerasan Dalam Dunia Maya.
            Pelaku menjelajahi perumahan-perumahan di Virginia dan Maryland dengan mobil Pontiac tuanya dengan Antena terpasang di dasbor. Saat melakukan hal itu, ia menyalakan koneksi nirkabel ke yahoo! Dan America Online untuk mengambil akun dan kata sandi. Ia adalah golongan penjahat computer yang baru mengintai dunia maya (cyberstalker), yang melakukan pemerasan dunia maya (cyberextortion).
            Ia juga seorang pengusaha yang memiliki bisnis paten, dan ia menggunakan komputer untuk menuntut $17 juta dari Micro paten, perusahaan paten dan merek dagang. Sebelumnya ia telah melamar kerja ke MicroPatent dan ditolak. Kemudian ia mengirimkan lebih dari selusin e-mail ancaman ke Daniel I. Videtto, presiden microPatent. Pengintai dunia maya ini mengklaimbahwa ia memiliki ribuan dokumen rahasia MicroPatent, data pelanggan yang rahasia, kata sandi computer, dan alamat-alamat e-amail, dan ia mengancam jika Videtto tidak menghiraukan permintaanya, Informasi ini akan “berakhir di kontak-kontak e-mail diseluruh dunia”. Tidak seperti banyak perusahaan yang mengambil jalan keluar yang mudah dengan cara menyerah kepada permintaan pemeras, MicroPatent memutuskan untuk melawan balik. Perusahaan tersebut menyewa penyelidik swasta dan seorang bekas profiler psikologi untuk CIA. Tugas dari profiler ini adalahuntuk menemukan profil psikologi dari pemeras ini. Akhirnya, kerja keras ini membuahkan hasil. Pada bulan Maret 2004, pihak yang berwenang menangkap pengintai dunia maya saat ia duduk di mobilnya saat ia menulis e-mail yang ia kirimkan kepada Videtto. Pada akhir tahun yang sama penjahat dunia maya ia mengaku bersalah atas tuntutan tindakan pemerasan dan dihukum selama 5 tahun penjara.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Keamanan informasi (information security) digunakan untuk mendeskripsikan perlindungan baik peralatan computer dan non komputer dan non kompter, fasilitas, data, dan informasi dari penyalahgunaan pihak-pihak yang tidak berwenang. Keamanan informasi ditujukan untuk mencapai tiga tujuan utama yaitu: kerahasiaan, ketersediaan, dan integritas.
Sedangkan Ancaman keamanan sistem informasi adalah orang, organisasi, mekanisme, atau peristiwa yang memiliki potensi untuk membahayakan sumber daya informasi perusahaan. Ancaman itu terdiri dari ancaman internal dan eksternal. Resiko keamanan informasi dapat Didefinisikan sebagai potensi output yang tidak Diharapkan dari pelanggaran keamanan informasi oleh Ancaman keamanan informasi. Semua risiko mewakili tindakan yang tidak terotorisasi. Untuk mengendalikan Ancaman serta risiko keamanan informasi itu dapat dilakukan dengan berbagai pengendalian yaitu: pengendalian teknis, kriptografis, fisik, formal dan informal.


           





DAftar Pustaka
Raymond Mcleod, Jr., George P. Schell, 2009,  Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.
Dhillon Gurprett, Steve Moores. “Computer Crimes: Theorizing About the Enemy Within,” Computer & Security 20 (8) ( 1 Desember 2001)


[1] Raymond Mcleod, Jr., George P. Schell, 2009,  Sistem Informasi Manajemen, Jakarta: Salemba Empat, hal., 270-271


[2] Ibid.,hal., 271-272
[4] Raymond Mcleod, Jr., George P. Schell, Op., Cit., hal., 277
[6] Dhillon Gurprett, Steve Moores. “Computer Crimes: Theorizing About the Enemy Within,” Computer & Security 20 (8) ( 1 Desember 2001), hal 715-723
[7] Raymond McLeod, Jr., George P. Schell, Op., Cit., hal., 272-274
[9] Raymond McLeod, Jr., George P. Schell, Op., Cit., hal., 280-284